|
Add caption |
Jakarta - Siap-siap pasang mata. Dengan demikian, momen Super Blue Blood Moon pertama kalinya sejak 152 tahun ini, tak akan terlewat begitu saja.
Seperti diketahui, Indonesia menjadi salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang cukup beruntung untuk kebagian Super Blue Blood Moon, fenomena gabungan dari tiga penampakkan Bulan dalam satu momen sekaligus.
Nantinya, awal proses gerhana akan dimulai malam ini pukul 18:48 WIB saat bagian bawah (sisi timur) purnama mulai gelap oleh bayangan Bumi, atau disebut juga sebagai umbra.
Kemudian, pukul 19.52 WIB, seluruh purnama akan masuk ke bayangan inti bulan sebagai awal dari gerhana Bulan total, sehingga Bulan akan menjadi gelap dan berwarna kemerahan.
Warna merah itu sendiri disebabkan oleh pembiasan cahaya Matahari oleh atmosfer bumi. Pembiasaan ini juga memiliki peran dalam membuat Matahari terbenam di Bumi memiliki warna merah dan jingga.
"Saat gerhana total, Bulan akan bersinar layaknya gabungan dari cahaya Matahari saat terbit dan tenggelam di Bumi," tulis NASA dalam pernyataan lewat situs resminya.
Beberapa faktor seperti kondisi awan, debu, asap, tetesan hujan, hingga material organik di atmosfer memiliki peran dalam memengaruhi seberapa besar cahaya yang dibiaskan melalui umbra.
Untuk menakar tingkat kecerahan serta warna dari Bulan saat mengalami gerhana total, Danjon Scale of Lunar Eclipse Brightness, atau biasa disebut Skala Danjon, dapat menjadi tolak ukur yang baik.
Skala Danjon memiliki tinggkatan 0-4. Semakin besar nilainya, maka tingkat kecerahan dan warna merah yang ditampilkan oleh Bulan juga semakin mencolok, begitupun sebaliknya, seperti detikINET kutip dari Space.com pada Rabu (31/1/2018).
Gerhana Bulan total ini akan berlangsung hingga pukul 21:08 WIB, yaitu saat purnama menjelang keluar dari umbra. Setelah itu, secara perlahan cahaya purnama mulai tampak dari bagian kanan bawah, atau sebelah timur. Keseluruhan proses gerhana akan berakhir pada pukul 22:11 WIB.
Mengukur Besarnya Bulan
Setelah melihat bagaimana warna serta seberapa terang Bulan saat Super Blue Blood Moon nanti, maka hal menarik berikutnya yang patut dilakukan adalah mengukur besarnya Bulan.
Hal ini menarik mengingat fenomena Supermoon merupakan salah satu dari tiga penampakan Bulan saat Super Blue Blood Moon, selain Blue Moon dan gerhana itu sendiri.
Berdasarkan Jet Propulsion Laboratory (JPL) milik NASA, para penonton fenomena ini dapat menggunakan kamera sebagai media pengukuran.
Penikmat Super Blue Blood Moon dapat memotret fenomena tersebut menggunakan smartphone maupun kamera digital.
Kemudian, jumlah piksel dari hasil foto tersebut dapat dihitung, untuk kemudian dibandingkan dengan tangkapan gambar dari sejumlah purnama yang dapat dipotret sebelum maupun sesudah Super Blue Blood Moon.
Satu hal yang perlu menjadi catatan adalah Bulan harus berada di posisi yang sekiranya sama. Selain itu, faktor zoom pun harus diperhitungkan, jangan sampai objek terlalu ataupun kurang terekspos.
Selain dapat mengukur besarnya Bulan saat supermoon lewat perbandingannya dengan purnama, eksperimen ini juga berguna untuk menakar tingkat kecerahan satelit Bumi tersebut melalui pengamatan terhadap intensitas cahaya yang dihasilkan saat berada di apogee (titik terjauh Bulan dan Bumi) dan perigee (titik terdekat Bulan dan Bumi).
Jangan lewatkan momen langka ini dengan mengirimkan informasi seputar fenomena Super Blue Blood Moon di sekitar kalian ke pasangmata.com.